Asal Usul Desa Betet

URL Cerital Digital: https://www.nganjuknews.com/2023/10/sejarah-desa-betet-hutan-angker-yang.html

Di sebuah wilayah hijau di Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk, terdapat sebuah desa yang menyimpan kisah lama tentang keberanian, pelarian, dan keseimbangan antara manusia dengan alam. Desa itu bernama Betet, sebuah nama yang lahir dari hutan angker yang pernah berdiri megah di masa lalu, dan dari pohon serta burung yang memberi identitas bagi masyarakatnya hingga kini.

Tidak ada catatan pasti mengenai kapan Desa Betet berdiri. Namun, masyarakat setempat meyakini bahwa sejarahnya berawal dari kisah yang berkaitan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, kerajaan besar yang berdiri pada 13 Februari 1755 sebagai pecahan dari Mataram Islam. Dari tanah Yogyakarta itulah, datang seorang kesatria pelarian yang membawa nasib dan harapan baru.

Dikisahkan, sang kesatria meninggalkan keraton dengan hati yang berat. Ia menempuh perjalanan jauh ke arah timur, menembus hutan-hutan yang lebat dan sunyi di wilayah yang kelak disebut Ngronggot. Hutan itu begitu angker, penuh semak belukar dan pohon-pohon besar yang menjulang menutupi sinar matahari. Burung-burung beterbangan di atasnya, dan angin berdesir seolah membawa bisikan dari masa lalu. Namun, kesatria itu tidak gentar. Dengan tekad dan keberanian, ia mulai menebas semak, menebang pohon, dan membuka lahan untuk dijadikan tempat tinggal.

Lama kelamaan, tempat itu berubah menjadi sebuah permukiman kecil. Warga yang datang kemudian bergabung dengannya, dan mereka bersama-sama membangun kehidupan baru di tengah hutan yang dulunya menakutkan. Dari sinilah berdiri Desa Betet, desa yang lahir dari tangan seorang pelarian yang tidak menyerah pada nasib.

Menurut cerita masyarakat, di hutan yang dulu dibabat sang kesatria tumbuh banyak Pohon Betet, yang oleh sebagian orang dianggap serupa dengan Pohon Salam. Pohon ini memiliki daun hijau yang harum dan kerap digunakan sebagai bumbu dalam berbagai masakan tradisional Jawa Timur. Kehadirannya tidak hanya memberi aroma dan cita rasa khas pada masakan, tetapi juga menjadi simbol kesejukan dan kedamaian bagi warga yang menempati wilayah itu.

Daun salam dari Pohon Betet menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Ia tumbuh subur di tanah yang dahulu dianggap angker, seolah menjadi penanda bahwa dari ketakutan bisa lahir keberkahan. Dari hutan yang gelap kini tumbuh sumber kehidupan, di mana manusia dan alam saling memberi manfaat.

Selain itu, nama Betet juga dipercaya berasal dari banyaknya burung betet yang dahulu beterbangan di wilayah tersebut. Burung betet dikenal memiliki bulu hijau cerah dan ekor panjang yang indah. Suaranya ramai, namun menenangkan, menjadi bagian dari harmoni alam yang mengiringi kehidupan warga desa sejak dahulu. Antara Pohon Betet dan Burung Betet, keduanya seakan menjadi lambang dari dua sisi kehidupan: ketenangan dan keceriaan, keharuman dan kebebasan.

Kini, Desa Betet bukan lagi hutan yang angker. Ia telah menjelma menjadi desa yang ramai dengan ladang, kebun, dan rumah-rumah sederhana yang dikelilingi pohon salam yang rindang. Warga desa masih mengenang kisah kesatria pelarian itu sebagai sosok pemberani yang pertama kali membuka jalan bagi kehidupan mereka.

Dari kisah ini, masyarakat belajar bahwa keberanian untuk menghadapi ketakutan dapat melahirkan kehidupan baru. Hutan yang dulu menakutkan kini menjadi tempat tumbuhnya pohon-pohon yang menyejukkan dan menghidupi. Daun salam yang digunakan untuk memasak menjadi simbol keseharian yang menautkan manusia dengan alam.

Dalam setiap aroma masakan yang menggunakan daun salam, terselip jejak sejarah Desa Betet. Ia menjadi pengingat bahwa segala sesuatu yang lahir dari perjuangan dan kerja keras akan membawa berkah bagi banyak generasi. Kisah ini juga menegaskan bahwa menjaga alam sama artinya dengan menjaga warisan leluhur, karena di sanalah tersimpan nilai kearifan lokal yang mengajarkan kesederhanaan, keberanian, dan rasa syukur terhadap pemberian bumi.

Bagikan Cerita Rakyat

Artikel Terbaru

Ingin Berkontribusi?

Mari bersama melestarikan warisan Nusantara melalui cerita, data, dan kolaborasi.