Di wilayah Prambon, Kabupaten Nganjuk, terdapat sebuah desa yang namanya memikat dan sarat makna, yakni Desa Baleturi. Desa ini dikenal masyarakat sejak sekitar tahun 1930, meski kisah asal-usulnya masih diselimuti kabut waktu dan tutur lisan yang terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, dahulu di wilayah yang kini menjadi Desa Baleturi, tumbuh subur pohon turi di sepanjang tepian jalan dan sekitar balai pertemuan masyarakat. Pohon turi, yang menjulang dengan daun kecil rimbun dan bunga berwarna putih serta merah muda, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan warga. Pohon ini bukan hanya sekadar penghias alam, melainkan juga sumber pangan dan pelindung dari teriknya matahari. Bunga turinya yang lembut kerap dimasak menjadi sayur urap, pecel, atau direbus sebagai lalapan. Rasanya yang gurih dan sedikit pahit dipercaya mampu menambah nafsu makan dan memperkuat tubuh. Tak hanya itu, pohon turi juga menjadi simbol kebersamaan karena sering tumbuh di dekat balai desa, tempat masyarakat berkumpul, bermusyawarah, dan saling bertukar kabar.
Dari kebersamaan itulah, muncul nama “Baleturi”. Kata balai diartikan sebagai tempat berkumpul, sementara turi melambangkan pohon yang menaungi dan memberi manfaat bagi banyak orang. Dengan demikian, Baleturi dapat dimaknai sebagai “tempat pertemuan di bawah pohon turi”, sebuah cerminan kehidupan masyarakat yang hangat dan bergotong royong. Seiring berjalannya waktu, desa ini berkembang menjadi pemukiman yang ramai dan penuh semangat perubahan, sebagaimana ditulis dalam berbagai catatan lokal.
Meski tidak ada catatan tertulis tentang siapa pendiri pertamanya, para sesepuh percaya bahwa roh kebersamaan warga Baleturi berawal dari tradisi berkumpul di bawah rindangnya pohon turi. Di sanalah mereka berbagi cerita, memberi petuah, dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak cucu. Hingga kini, warga masih menanam pohon turi di sekitar pekarangan rumah dan lahan pertanian sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan simbol kesejahteraan desa.
Pohon turi tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari. Daun dan bunganya dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang kaya vitamin dan mineral, sementara batangnya dapat menjadi pelindung alami bagi tanaman lain. Dengan kemampuannya tumbuh cepat dan mudah dirawat, turi menjadi tanaman serbaguna yang menyehatkan tubuh sekaligus menyuburkan tanah.
Melalui kisah asal-usul Desa Baleturi, kita diajak memahami bagaimana masyarakat Jawa Timur menanamkan nilai harmoni antara manusia dan alam. Pohon turi bukan hanya saksi sejarah berdirinya desa, tetapi juga lambang keteguhan dan keberlanjutan hidup. Dari sebatang pohon sederhana, tumbuhlah semangat kebersamaan yang menjadi akar budaya masyarakat hingga hari ini.
Di setiap helai daun dan bunga turi yang bergoyang tertiup angin, tersimpan pesan bijak tentang keseimbangan hidup. Alam memberi, manusia menjaga. Begitulah filosofi yang terus hidup di Desa Baleturi, tempat di mana sebuah pohon mampu menumbuhkan kebersamaan dan menghidupi generasi demi generasi.