Legenda Air Terjun Roro Kuning

URL Cerital Digital: https://www.kompas.com/stori/read/2022/05/11/090000679/cerita-rakyat-roro-kuning

Di tanah Kediri yang subur dan berhawa sejuk, hiduplah dua putri cantik yang menjadi kebanggaan Kerajaan Daha: Ruting dan Roro Kuning. Ruting dikenal dengan nama asli Dewi Kilisuci, sementara adiknya, Roro Kuning, bernama Dewi Sekartaji, putri dari Lembu Amiseno, raja yang bijak dan dicintai rakyatnya. Keduanya tumbuh dalam kemegahan istana, namun di balik kecantikan dan kelembutan mereka, tersimpan hati yang tulus dan penuh kasih terhadap sesama.

Suatu hari, penyakit misterius menimpa kedua putri tersebut. Ruting terserang penyakit kuning yang membuat kulitnya pucat dan lemah, sedangkan Roro Kuning menderita penyakit gondok serta kulit yang perlahan menggerogoti keindahannya. Semua tabib, dukun, dan penyembuh terbaik dari penjuru negeri telah dipanggil ke istana, tetapi tak seorang pun mampu mengobati mereka. Kesedihan menyelimuti kerajaan, dan Lembu Amiseno pun hampir kehilangan harapan.

Namun, di tengah keputusasaan itu, kedua putri mengambil keputusan berani. Dengan restu ayahandanya, mereka meninggalkan istana untuk mengembara mencari kesembuhan. Mereka percaya bahwa alam, yang selama ini menjadi sumber kehidupan rakyatnya, menyimpan rahasia penyembuhan yang tak ternilai.

Perjalanan mereka panjang dan melelahkan. Hutan-hutan lebat mereka lalui, sungai-sungai jernih mereka seberangi, hingga akhirnya langkah kaki membawa mereka ke lereng Gunung Willis, tepat di Desa Bajulan, wilayah yang kini dikenal berada di Kabupaten Nganjuk. Di sanalah mereka bertemu dengan seorang resi tua bernama Resi Darmo, seorang pertapa dari Padepokan Ringin Putih yang dikenal bijak dan memiliki pengetahuan mendalam tentang ramuan alami.

Resi Darmo menyambut mereka dengan hangat. Ia berkata, “Alam telah memberi segalanya bagi mereka yang mau mendengar bisikannya. Sakit bukanlah hukuman, melainkan panggilan agar manusia kembali mengenal sumber kehidupannya.” Mendengar itu, Ruting dan Roro Kuning pun mengikuti nasihat sang resi. Mereka dirawat dengan obat tradisional dari akar, daun, dan bunga hutan, serta diarahkan untuk berendam dan mandi di sebuah air terjun alami di belakang padepokan.

Air terjun itu tampak begitu menakjubkan. Airnya memancar dari celah batuan hitam yang diselimuti lumut hijau, mengalir jernih dan dingin menyegarkan. Saat mereka mandi di bawahnya, tubuh mereka terasa ringan, dan sakit yang diderita perlahan sirna. Kulit Ruting kembali berseri, dan rona kuning yang dulu melekat lenyap digantikan cahaya sehat. Roro Kuning pun sembuh, kulitnya kembali lembut dan bersih seperti sedia kala. Sejak saat itu, mereka memuliakan air terjun tersebut sebagai anugerah dari alam yang memulihkan jiwa dan raga.

Ketika akhirnya mereka kembali ke istana, rakyat menyambut dengan sukacita. Namun Roro Kuning memilih untuk tinggal di dekat air terjun, menjaga kesucian tempat itu dan memastikan airnya tetap mengalir jernih bagi siapa pun yang membutuhkan. Sejak saat itulah, penduduk sekitar menyebut air terjun itu dengan nama Air Terjun Roro Kuning, sebagai tanda penghormatan bagi sang putri yang menemukan sumber kehidupan dari alam.

Kini, Air Terjun Roro Kuning tidak hanya menjadi sumber air bagi warga sekitar, tetapi juga berkembang menjadi objek wisata alam yang mempesona. Suara gemericik airnya berpadu dengan kicau burung dan semilir angin gunung, mengingatkan setiap pengunjung akan kisah lama tentang kesembuhan, ketulusan, dan keseimbangan manusia dengan alam. Air yang dulu memulihkan dua putri kerajaan kini menjadi berkah bagi banyak orang, memberi kehidupan dan kesejukan bagi masyarakat sekitar.

Dari kisah ini, kita belajar bahwa alam selalu menyimpan kekuatan penyembuhan bagi mereka yang menghormatinya. Sumber air bukan hanya kebutuhan fisik, tetapi juga simbol kesucian dan keseimbangan hidup. Roro Kuning mengajarkan kita untuk menjaga sumber daya alam dengan penuh kasih, karena di sanalah kehidupan bermula dan kebahagiaan bermuara.

Sebagaimana air terjun itu terus mengalir tanpa henti, demikian pula kearifan lokal dan cinta terhadap alam seharusnya terus mengalir dalam kehidupan manusia sebagai pengingat bahwa alam dan manusia sejatinya adalah satu kesatuan yang saling menghidupi.

Bagikan Cerita Rakyat

Artikel Terbaru

Ingin Berkontribusi?

Mari bersama melestarikan warisan Nusantara melalui cerita, data, dan kolaborasi.