Sumur Kembar Desa Compreng

URL Cerital Digital: https://bloktuban.com/2022/04/05/sumur-kembar-desa-compreng-terbentuk-usai-seorang-wali-tancapkan-tongkat-ke-tanah-29443.html

Di Desa Compreng, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, terdapat sebuah situs yang sejak dahulu kala menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Situs itu dikenal dengan nama Sumur Kembar, dua buah sumur yang menjadi sumber air utama bagi warga desa dan sekitarnya.

Keberadaan sumur ini begitu tua hingga tak ada catatan tertulis yang menjelaskan asal usulnya. Namun, masyarakat tetap meyakini cerita yang diwariskan secara turun temurun. Konon, sumur kembar itu terbentuk pada masa lampau ketika seorang wali yang dikenal alim sedang melakukan perjalanan panjang melewati daerah Compreng.

Kala itu hari sangat terik dan perjalanan terasa melelahkan. Wali tersebut kehausan dan membutuhkan air untuk menghilangkan dahaganya. Tanpa ragu, ia menancapkan tongkat yang selalu menemaninya ke tanah. Ajaibnya, dari tanah yang disentuh tongkat itu memancar air jernih yang melimpah, lalu membentuk sebuah sumur. Tak hanya satu, melainkan dua sumur yang berdiri berdampingan, sehingga masyarakat kemudian menamakannya Sumur Kembar.

Bagi masyarakat Compreng, air dari sumur itu adalah anugerah. Bertahun-tahun lamanya mereka menimba air dari Sumur Kembar untuk minum, memasak, dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sumur itu bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga menjadi simbol berkah yang selalu diingat oleh warga.

Namun, seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi membawa perubahan. Layanan PDAM mulai masuk ke desa sehingga masyarakat beralih menggunakan air dari jaringan pipa. Walaupun Sumur Kembar tidak lagi menjadi sumber utama, tempat itu tetap dirawat dengan penuh hormat.

Hingga kini, masyarakat Compreng memiliki tradisi untuk menjaga dan mensyukuri berkah sumber air tersebut. Setiap kali panen raya berakhir, mereka mengadakan upacara sedekah bumi setahun sekali. Acara ini berlangsung meriah, sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang diberikan melalui bumi dan air.

Sedekah bumi di Desa Compreng biasanya disertai pertunjukan Langen Tayub, sebuah seni tradisional yang menghibur warga. Pertunjukan ini dimulai siang hari pukul 13.00 hingga 16.00, lalu dilanjutkan lagi dini hari pukul 01.00 hingga 03.00. Suasana desa menjadi ramai, penuh kegembiraan sekaligus kekhidmatan. Semua warga berkumpul, baik tua maupun muda, untuk merayakan berkah kehidupan yang bersumber dari tanah dan air di desa mereka.

Bagi masyarakat, Sumur Kembar bukan hanya kisah tentang air yang memancar dari tongkat seorang wali, melainkan juga sebuah warisan yang mengikat mereka dengan leluhur serta alam sekitar. Air dari sumur itu menjadi lambang kehidupan, pengingat bahwa segala kebutuhan dasar manusia datang dari anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan dijaga bersama.

Bagikan Cerita Rakyat

Artikel Terbaru

Ingin Berkontribusi?

Mari bersama melestarikan warisan Nusantara melalui cerita, data, dan kolaborasi.