Di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, terdapat sebuah desa bernama Sumberkerang. Nama desa ini bukan sekadar sebutan biasa, melainkan lahir dari sebuah kisah lama yang diwariskan turun-temurun. Konon, penamaan desa ini berawal dari penemuan kerang raksasa di sebuah sumber mata air yang terletak di wilayah tersebut.
Alkisah, pada masa ketika wilayah itu masih berupa hutan lebat yang dipenuhi pohon liar, semak belukar, dan dihuni berbagai binatang buas, datanglah sepasang pengembara dari Pulau Madura. Mereka adalah Kiai Tuan dan istrinya, Nyai Tuan. Setelah berhari-hari menempuh perjalanan laut, keduanya mendarat di pantai utara Gending, lalu melanjutkan perjalanan ke arah selatan hingga menemukan sebuah sumber air yang jernih dan deras. Tempat itu kini dikenal sebagai Dusun Sumberan.
Lingkungan sumber kala itu masih alami, dikelilingi pepohonan besar dan tanaman liar. Merasa cocok, Kiai Tuan dan Nyai Tuan memutuskan untuk bermukim di sana. Mereka membuka hutan, bercocok tanam, dan memanfaatkan sumber air tidak hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga sebagai irigasi yang membuat lahan di sekitarnya subur. Perlahan-lahan, kehidupan pun tumbuh di tanah yang awalnya hanya hutan belantara.
Pada suatu malam Jumat manis, menjelang subuh, Kiai Tuan mengambil air wudu di sumber itu. Saat menadahkan tangan ke dalam air, pandangannya tertumbuk pada sesuatu yang tak biasa. Ia melihat sepasang kerang raksasa yang masih hidup di dalam sumber tersebut. Ukurannya jauh lebih besar dibanding kerang pada umumnya, seolah menjadi penjaga mata air. Karena penemuan itu, Kiai Tuan menamai sumber tersebut dengan sebutan Sumberkerang.
Seiring berjalannya waktu, nama itu meluas. Tidak hanya merujuk pada sumber air semata, tetapi juga menjadi nama desa yang terbentuk di sekitarnya. Masyarakat menyebut wilayah tersebut Desa Sumberkerang, karena aliran air dari sumber yang dihuni kerang raksasa itulah yang menghidupi sawah, ladang, dan kebutuhan warga. Menurut cerita, di sumber tersebut pernah ditemukan banyak kerang, namun ada tiga kerang raksasa yang paling menonjol dan kini sudah membatu menjadi fosil.
Bagi masyarakat, kisah Sumberkerang tidak hanya sebatas legenda. Kehadiran kerang mengingatkan mereka pada hubungan erat antara manusia dengan pangan. Kerang yang kaya protein dan bergizi tinggi menjadi simbol rezeki dari alam, sekaligus sumber daya yang menopang kehidupan masyarakat pesisir. Air dari sumber itu memberi kesuburan tanah, sementara kerang menjadi lambang kekayaan hayati yang diwariskan sejak zaman leluhur.
Kini, Desa Sumberkerang tidak hanya dikenal dengan nama uniknya, tetapi juga dengan cerita yang mengakar kuat dalam memori kolektif warganya. Setiap kali nama desa itu disebut, orang-orang akan teringat pada sumber air, kerang raksasa, dan kehidupan yang tumbuh darinya. Seperti halnya pangan lain, kerang bukan hanya makanan, tetapi juga bagian dari sejarah dan identitas yang menyatukan masyarakat dengan alam sekitarnya.