Mbah Ronggodipuro atau Mbah Onggo

URL Cerital Digital: https://www.pasak.or.id/2023/09/carita-pepundhen-mediyun-menelusuri.html

Di Madiun, terdapat sebuah kisah lama yang masih diingat masyarakat Dusun Gentongan. Kisah ini berkaitan dengan tokoh yang disebut Mbah Ronggodipuro, ada juga yang menyebutnya Mbah Onggo. Beliau diyakini sebagai seorang prajurit gagah berani yang berasal dari Jiwan. Hidupnya diwarnai peperangan, dan akhir hayatnya pun menjadi bagian dari cerita besar yang diwariskan turun-temurun.

Dikisahkan bahwa ketika kediamannya diserang oleh pasukan Mataram, Mbah Ronggodipuro dalam keadaan terluka berusaha melarikan diri. Ia akhirnya meninggal di daerah Gorang-gareng. Sementara itu, makam yang dikenal dengan nama Sentono Gentongan diyakini sebagai tempat di mana tetesan darahnya jatuh. Dari situlah muncul keyakinan bahwa tanah di daerah tersebut menyimpan jejak pengorbanannya.

Catatan sejarah juga menyinggung tokoh ini dengan nama berbeda. Lucien Adam menuliskan makam itu sebagai makam Anggadipura bersama dua putra dan satu putrinya. Jan Knebel, dalam catatan tahun 1905, menyebutnya sebagai makam Kyai Onggadipura. Ia digambarkan sebagai seorang patih dari Bupati Gentongan yang gugur dalam pertempuran melawan Bupati Wanasari dari Kranggan. Setelah gugurnya sang patih, Bupati Gentongan melarikan diri karena sadar tidak mampu menandingi lawan. Ia bersembunyi di Sungai Bujet.

Sungai Bujet kemudian menjadi pusat dari kisah mistis yang melekat hingga kini. Diceritakan bahwa dari dalam sungai itu, Bupati Gentongan mengeluarkan sebuah larangan atau kutukan. Ia menyebutkan bahwa siapa saja yang datang ke sungai tersebut akan mengalami jari-jari yang bengkok atau kiting. Masyarakat menyebut kondisi itu sebagai bujet, yang berarti jari-jari membengkok. Kutukan ini begitu menakutkan sehingga pada masa lalu tidak ada pejabat yang berani melewati jalan di sepanjang Sungai Bujet.

Sungai Bujet sendiri bukan hanya sekadar aliran air, tetapi sejak dahulu menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Airnya menjadi tumpuan untuk kebutuhan sehari-hari, sementara ikannya menjadi sumber pangan yang penting. Dari sungai inilah masyarakat mendapatkan penghidupan, meski di balik itu tersimpan kisah kutukan yang menimbulkan rasa hormat sekaligus takut. Hingga sekarang, pantangan melewati kawasan itu masih dikenal, meskipun hanya berlaku ketika melintas di depan punden Sentono Gentongan.

Punden Sentono Gentongan tetap menjadi tempat keramat yang dijaga oleh masyarakat Desa Putat. Setiap bulan tertentu, warga mengadakan tradisi selamatan bersih desa di sana. Selamatan ini bukan hanya wujud penghormatan kepada leluhur, tetapi juga bentuk syukur atas sumber kehidupan yang diberikan alam, terutama sungai dengan segala hasilnya.

Cerita tentang Mbah Ronggodipuro atau Mbah Onggo mengingatkan kita bahwa pangan dan air selalu terkait erat dengan kehidupan. Sungai Bujet yang menjadi latar kisah ini adalah contoh nyata bahwa sungai tidak hanya mengalirkan air, tetapi juga menyimpan sejarah, sumber makanan, serta nilai sakral yang memperkuat ikatan antara manusia dan lingkungannya.

Bagikan Cerita Rakyat

Artikel Terbaru

Ingin Berkontribusi?

Mari bersama melestarikan warisan Nusantara melalui cerita, data, dan kolaborasi.